MESKI pemerintah dewasa ini
menggembar-gemborkan potensi ekonomi kreatif, banyak orangtua tampaknya masih
percaya pada karier professional sebagai jalan hidup yang bakal ditempuh
anaknya. Indikatornya, orangtua masih sibuk mendorong anak mengejar ranking dan
nilai bagus untuk mata-mata pelajaran terkait otak kiri.
Anak yang pintar nyaris identik
dengan anak yang meraih nilai bagus pada mata pelajaran matematika dan sains. Sementara itu, mata pelajaran
seputar seni dan humaniora acap dipandang sebelah mata. Orangtua lebih
memprioritaskan anaknya mengikuti kursus tambahan di bidang matematika
ketimbang melukis atau tarik suara. Padahal, terdapat banyak peluang dan hal
positif yang dapat diperoleh dengan menguasai seni.
Dewasa ini, semakin banyak
pengusaha yang menginsyafi, merekrut professional yang cerdas secara
intelegensia tidak menjamin unjuk kerja yang baik. Tak jarang, mereka justru
mandek saat menghadapi persoalan-persoalan bisnis yang menuntut kreativitas.
Sebaliknya, orang-orang yang kreatif dan pintar berkomunikasi,
lebih tangguh menghadapi masalah dan selalu punya usul untuk menyiasati
kebuntuan.
Laman Washington Post belum lama
ini memuat tulisan tentang 10 keterampilan yang dapat dipelajari anak dari
seni. Mengacu kepada buku The Artistic
Edge: 7 Skills Children Need to Succeed in an Increasingly Right Brain World” yang ditulis Lisa Philips,
kesepuluh keterampilan itu adalah kreativitas, percaya diri, kemampuan menyelesaikan masalah, focus,
komunikasi, non verbal, memperoleh umpan balik yang membangun, kolaborasi,
dedikasi, dan kepercayaan. Hal-hal ini akan sangat bermanfaat bagi si kecil
ketika kelak merintis karier di dunia kerja.
Itu sebabnya para orangtua di AS
dewasa ini mulai mendiskusikan kemungkinan mengubah penekanan pendidikan
nasional dari STEM (science, technology,
engineering, mathematics) menjadi STEAM (tambahan “a” adalah arts).
Bagaimana mengenalkan seni kepada
si kecil? Sebenarnya hal itu dapat dimulai dari hal-hal sederhana. Memberi kesempatan seluas-luasnya untuk menggambar dapat menjadi salah
satu contoh. Pemilik akun @AsterAritonang mengatakan, ia menyediakan
berbagai sarana penyaluran kreativitas seni visual di rumah berupa krayon,
spidol, cat air/minyak, dan kuas.
Alam dapat menjadi ekspresi seni yang
paling alamiah. Mendekatkan anak dengan alam dapat mendorong kreativitasnya.
Menurut pemilik akun @Arvilla312, mengajak anak ke pantai, sawah, gunung, atau
sungai yang masih alami dapat memperkaya imajinasi seni anak. Atau, seperti
diutarakan pemilik akun @awhe80, pengenalan seni dapat dimulai dengan melihat
fenomena alam visual, mendengarkan kicauan burung juga dapat menjadi cara
membawa anak menghayati keindahan seni. Bagaimana dengan anda?// Kompas 5 Mei
2013
No comments:
Post a Comment